Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) meyakini pertumbuhan industri alas kaki lebih baik pada tahun ini yang didorong oleh realisasi beberapa pabrik baru. Sekretaris Jenderal Asprisindo Binsar Marpaung mengatakan sepanjang 2017 pertumbuhan industri alas kaki yang dilihat berdasarkan nilai ekspor, hanya tumbuh sebesar 2% ke angka US$4,7 miliar dari US$4,6 miliar.
“Tahun ini lebih baik dengan realisasi pabrik baru di Jawa Tengah, seperti di Jepara dan Brebes, tetapi tidak bisa berharap banyak,” ujarnya kepada wartawan, (10/1/2018). Dia menyebutkan angka perkiraan optimistis pertumbuhan industri alas kaki pada tahun ini sebesar 3,5%. Adapun, proyeksi angka pertumbuhan yang tidak terlalu tinggi tersebut salah satunya disebabkan oleh masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini, yaitu lemahnya industri pendukung.
Menurut Binsar, industri pendukung dalam negeri yang belum berkembang, menyebabkan pelaku industri alas kaki mengimpor bahan baku. Kondisi ini mengakibatkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan produk negara lain, sehingga melemahkan daya saing produk nasional. Oleh karena itu, pelaku industri alas kaki sangat menunggu upaya pemerintah untuk mengembangkan industri pendukung, seperti industri penyamakan kulit.
Binsar menilai para investor bakal enggan menanamkan modal di dalam negeri untuk industri pendukung apabila pemerintah tidak memberikan insentif, misalnya berupa keringanan pajak, karena kalah bersaing dengan produk China yang lebih murah biaya produksinya. “Kalau industri pendukung ada, kami tidak perlu mengimpor. Industri pendukung kan juga bisa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor juga nantinya, ini bisa meningkatkan nilai tambah,” katanya.
Selain pengembangan industri pendukung, Direktur Eksekutif Aprisindo Sigit Murwito sebelumnya mengatakan perjanjian perdagangan dengan kawasan Amerika dan Eropa juga ditunggu oleh pabrikan alas kaki. Saat ini, produk alas kaki Indonesia masih dikenakan bea masuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, seperti Vietnam. Dia menuturkan selama ini industri sepatu memiliki margin keuntungan kecil, sehingga harus memiliki volume yang cukup besar untuk mencapai target yang diinginkan.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri di sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sepanjang 2017 senilai Rp4,73 triliun atau naik dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya senilai Rp2,05 triliun.(Source: Bisnis)