Model Terbaru High Heels Bertali Mirip Gladiator Tapi Lebih Feminin

Lace-up high heels ini ditawarkan dengan dua macam warna, beige dan hitam. Kedua warna tersebut merupakan alternatif yang bersifat netral agar bisa dipadupadankan dengan berbagai warna busana.

Model Sepatu Bisa Menunjukkan Kepribadian Anda

Kepribadian seseorang bisa diketahui dengan mencermati model sepatu yang dipakainya. Apa model sepati kesukaan Anda dan bagaimana kepribadian Anda ? Baca artikel ini untuk mengetahuinya.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pilihlah Sepatu Secara Benar Agar Nyaman Dipakai

Jangan terlalu terobsesi oleh model sepatu yang cantik dan stylish, tapi putuskan memilih sepatu berdasarkan pertimbangan kapan dan dimana model sepatu tersebut akan Anda pakai

Model High Heels Sandal untuk Padanan Kebaya


High heels model sandal ini bisa dipakai untuk setelan kebaya, menggantikan selop atau kelom, yakni alas kaki yang menjadi kelengkapan busana tradisional pada acara tertentu, biasanya menghadiri pernikahan. Pilihan warnanya terkesan elegan dan strapnya yang transparan diperkuat list dengan warna yang sama menambah kesan mewah.

Lebih dari itu, high heels chunky model sandal yang berbahan kulit asli dengan teknik Handmade ini dibuat dengan melibatkan emosi manusia, yakni perajinnya. Proses tersebut berbeda dengan buatan pabrik dimana hampir seluruh pengerjaannya dilakukan oleh mesin. Proses tersebut memberikan nilai tambah tersendiri.

Heelsnya yang memilih model chunky dengan ukuran tinggi berkategori low heels membuat sandal ini tidak saja bisa dipakai untuk menggantikan kelom, tetapi juga nyaman dipakai untuk berbagai aktivitas yang membutuhkan waktu lama. Selain tidak mengalami rasa sakit, stabilitasnya yang tinggi menghindarkan pengguna dari kemungkinan terkilir pada pergelangan kaki.

Dipakai dalam acara yang bersifat formal akan membuat pemakainya tampil paling anggun. Sedangkan jika dipakai dalam acara semi formal atau formal terbatas, pemakainya tetap tak akan kehilangan pamor. Penampilan strapnya yang transparan membuatnya benar-benar unik dan berbeda.

Sentra Sepatu Gang Dolly Kini


Setelah ditutup, wajah gang Dolly yang dulu gemerlap dan riuh menjadi tak ubahnya kota mati. Banyak wisma-wisma yang dibiarkan terbengkalai karena ditinggal penghuninya. Hingga akhirnya datanglah para relawan yang membuat Dolly kembali hidup. Bukan, bukan untuk dijadikan tempat bisnis esek-esek lagi, melainkan diberdayakan melalui kegiatan ekonomi kreatif.

Tahun 2016 merupakan tahun kebangkitan bagi warga di kawasan Dolly. Pemberdayaan masyarakat gencar dilakukan melalui beragam pelatihan, dengan target pertumbuhan usaha kecil menengah. Di sini, penjahit bahan sepatu untuk industri dilatih memroduksi sepatu sendiri. Salah satunya, produksi sepatu di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya.

KUB Mampu Jaya menempati eks wisma Barbara, wisma yang kabarnya terbesar ketika lokalisasi Dolly masih jaya. Tak lama berselang setelah Dolly ditutup, sebanyak 30 orang yang terkena imbas penutupan lokalisasi ini diberi pelatihan tentang produksi sepatu dan sandal. Dari pelatihan tersebut
kemudian lahirlah Kelompok Usaha Bersama Mampu Jaya dengan pekerja yang berasal dari pelatihan dan saling berbagi tugas dalam rangkaian proses produksi.

Hasil produksi KUB Mampu Jaya tak cuma dipasarkan di wilayah Surabaya saja, namun mulai merambah ke luar pulau Jawa. Bahkan di tahun 2016 lalu, KUB Mampu Jaya dipercaya untuk mengadakan souvenir berupa sepatu edisi khusus dalam even UN Habitat III.

Selain produksi alas kaki, ada juga industri pembuatan batik, sablon, dan makanan kecil di kawasan ini. Dengan lahirnya berbagai industri kreatif tersebut, diharapkan dapat mengubah stigma negatif gang Dolly yang dulu identik sebagai lokalisasi menjadi kawasan pusat industri.

Saat itu, setidaknya ada 30 perajin sepatu, yang mengerjakan pesanan sepatu dan sandal kulit dari beberapa SKPD Kota Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, perajin semakin berkurang. Penyebabnya, harga jual yang masih rendah, yang membuat pendapatan KUB belum mencapai Rp 1 juta perorang dalam sebulan.

Atik Triningsih (34), sebagai Ketua KUB mengungkapkan, setiap bulan mereka harus menyelesaikan 2.000 pesanan sandal dari lima hotel. “Saat ini, banyak warga yang tidak mau lagi menjahit sepatu, maka kami dibantu tenaga dari Disperindag dan beberapa warga,” ujarnya, Rabu (24/5/2017).

Selain Atik, ada tiga perajin yang masih bertahan di KUB ini yaitu, Yuni Tri Wijayati (40), Ida Ariani (48) dan Safrinah (42). Produksi sepatu dan sandal, merek PJ Collection ini, digarap di bangunan enam lantai, yang dulu terkenal sebagai 'Wisma Barbara', Jl Kupang Gunung I atau Gang Dolly.
(Source: http://surabaya.tribunnews. com, http://www.meriskaputri.com)

Industri Sepatu Kulit Magetan Bertahan Di Pasar Bebas



Sentra industri Kulit Magetan berada di jalur perjalanan menuju obyek wisata Telaga Sarangan, dipusatkan di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, kurang lebih 1 Km arah barat dari alun-alun. Di sentra industri kulit ini diproduksi sepatu, tas, jaket, sabut, aneka souvenir seperti gantungan kunci serta
pernak-pernik berbahan baku kulit.

 “Sebenarnya MEA bagi kami bukan suatu hambatan, tapi merupakan tantangan yang dihadapi agar produk kami lebih baik lagi,” kata Eko Patrianto, pemilik rumah industri (home industry) kulit di Jalan Sawo. Untuk menghadapi MEA, para perajin telah mempersiapkan beberapa strategi. Salah
satunya dengan tetap melayani pesanan pembeli atau konsumen sepatu meskipun hanya satu pasang.

“Ini kebijakan umum, bukan hanya saya. Di Magetan ini, khususnya kerajinan kulit, memang paling nyentrik dibading kota lain. Produknya tidakmassal, tetapi ditekankan pada ritel/eceran. Orang pesan satu pasang pun dengan model bagaimana pun akan dilayani,” kata suami Teta Pudji Rahayu.

Tim UMKM sudah melakukan survey ke beberapa kota besar yang sedikit banyak telah terdampak MEA. Produknya kami bawa pulang sebagaiperbandingan dengan produk asli Magetan. Kalau produk dari luar lebih bagus, kita diskusikan dengan perajin untuk membuat yang lebih bagus. 

Para perajin  sudah bekerjasama dengan Balai Pengembangan Persepatuan Indonesia Sidoarjo, di antaranya untuk mengatasi kalau ada masalah persaingan produk. “Ini lho Magetan, semakin banyak krisis, semakin bagus, itu merupakan tantangan. Semakin ada persaingan, semakin bersemangat untuk bisa lebih baik lagi,” katanya.

Tim UMKM Magetan telah survey di berbagai pameran. Rumah industri di Magetan berbeda dengan daerah lain. Jika daerah lain memberlakukan penjualan langsung, di Magetan lebih banyak melayani pesanan. “Tumpukan barang di bagian produksi tadi, semua merupakan pesanan, 90 persen milik
pemesan. Dari 60 pasang, yang 50 pasang milik pemesan dan itu sudah menjadi uang,” katanya.

Kalau daerah lain punya tim marketing, kami mempromosikan lewat brosur dan katalog yang kami titipkan pada biro-biro perjalanan. Karena itu daerah pemasarannya tidak bisa disebut di mana, karena pembeli yang datang. Mereka tahu dari biro-biro perjalanan, dari media online maupun yang
melihat langsung.

Kendala SDM

Di Magetan terdapat 39 gerai perajin kulit, namun yang memproduksi hanya sekitar 14 rumah industri. Konsumen tidak tahu apakah produknya asli buatan Magetan karena yang dijual 80 persen produk dari luar daerah. Dalam satu minggu ada sekita 4-5 sales yang masuk Magetan. Mereka berasal dari Bogor, Sidoarjo, dan Mojokerto. “Di sini semua produk ada, anggap saja ini MEA kecil-kecilan,” selorohnya.

“Kalau diberi label made in Magetan, para pedagang dari luar Magetan juga pintar, dia akan meniru juga. Kalau begini terus bagaimana mau go international. Kita ini dari dulu hingga sekarang hanya berkutat pada sumber daya manusianya, kita selalu uber-uberan dengan tengkulak,” katanya.

Para perajin juga sudah minta pada pemerintah kabupaten untuk disediakan balai latihan kerja (BLK) guna membina para pekerja agar lebih mendalami ilmu persepatuan dan manajemennya. Agar sentra kulit di Magetan bisa diandalkan, diperlukan SDM yang ahli juga.

Perajin yakin Magetan lebih unggul dari Mojokerto maupun Sidoarjo. Magetan memiliki Lingkungan Industri Kulit (LIK) yang terletak di Kelurahan Ringin Agung. LIK merupakan industri penyamakan kulit dengan proses nabati maupun kimiawi. Untuk sumber daya manusia yang siap pakai, diakui
sulit dicari. Sebelum mempekerjakan, pengusaha harus melatihnya terlebih dahulu. Padahal pelatihan perlu waktu dua tahun untuk benar-benar bisa memahami persepatuan.

Di Magetan bahan baku sangat melimpah, tapi hanya terserap 4 persen. Untuk itu diperlukan UMKM yang lebih banyak lagi dan bisa menampung tenaga kerja yang lebih banyak. Magetan sangat membutuhkan sebuah BLK. “Kalau pemkab mengadakan pelatihan banyak yang berebut ikut,” ujarnya.

Selama kurun waktu lima belas tahun terakhir, telah terjadi dua kali krisis keuangan yang menyebabkan perlambatan proses pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu krisis moneter tahun 1997-1998 dan krisis keuangan global tahun 2008, yang ditandai oleh penurunan harga aset dan kegagalan perusahaan.

Pada krisis 1997, sentra kulit Magetan tidak mengalami kendala apapun. Katakanlah harga-harga produk  naik untuk pabrikan, seperti lem, dan bahan baku kulit, sehingga akan menaikkan harga. “Namun kita tahan dulu, yang penting pesanan tidak turun. Pesanan dari agen-agen maupun eceran tetap berlimpah. Tiap hari kita mengirim pesanan ke kota-kota lain,” kata Eko.

Jadi perlambatan ekonomi tersebut tidak berpengaruh pada UMKM Magetan, namun bagi produk pabrikan sangat mempengaruhi. Karena yang naik adalah barang-barang import, seperti lem, sol, maupun lining, namun untuk harga bahan baku seperti kulit mengalami penurunan. Saat terjadi
perlambatan ekonomi 1997, UMKM Magetan malah kewalahan melayani pesanan. Memang, saat terjadi perlambatan ekonomi otomatis daya beli masyarakat menurun. Namun alas kaki atau sepatu merupakan kebutuhan pokok.

Kabupaten Magetan juga memiliki berbagai produk unggulan lain, di antaranya anyaman, batik sido mukti dan makanan olahan. “Kami telah melakukan pendampingan untuk sumber daya manusia,” kata Kabag Humas, Saif Muclisun. Dikatakannya, pembinaan untuk mengembangkan usaha kecil industri di Magetan itu sudah masuk dalam program prioritas pembangunan yakni Pendidikan, Pertanian, Pariwisata, Industri, Perdagangan, dan Kesehatan Plus Infrastruktur dan Pengentasan Kemiskinan.

Selain itu, hasil produknya  dikirim pada pameran-pameran, SDMnya diikutsertakan diklat, memberi penyuluhan, memberikan fasiltas alat-alat baru. Juga selalu hadir dalam pameran. (Source: http://jatimprov.go. id/read/umkm/industri-kulit-magetan-bertahan)

Niluh Djelantik, Sepatunya Mendunia


Kecintaan pada sepatu menuntun Ni Luh Ary Pertami Djelantik memulai usaha sepatu pada 2003. Delapan tahun menekuni karier profesional belum membuatnya puas. Dengan alasan kesehatan, ia pulang ke Tanah Air, tepatnya Bali.

“Saya memutuskan memulai benar-benar dari awal. Pilihan jatuh pada bisnis sepatu yang memang saya sukai melebihi baju, tas, perhiasan atau pernak-pernik lainnya,” katanya.

Sejak awal, sulung dari dua bersaudara kelahiran 15 Juni 1975 ini memutuskan untuk memilih produk kelas atas. Tanpa pabrik, tanpa tukang, Ni Luh mulai berkreasi menumpang di pabrik sepatu milik temannya yang bergerak di mass product.

Ni Luh diberi amanah membuat desain, sampling dan produksi, sementara rekannya yang menjual. Tak disangka, desain pertamanya laris-manis di Eropa. Koleksi keduanya yang meluncur pada Oktober 2014 juga mendapat sambutan luar biasa.

Bahkan, sebuah toko yang cukup besar di Inggris memberinya kesempatan untuk menjual dengan mengusung merek Nilou, diambil dari namanya sendiri yang sedikit diubah agar terdengar seperti bahasa Prancis. Perlahan, produk Nilou mulai dikenal luas di Eropa.

“Saya fokus di product development sedangkan pemasaran dipercayakan sepenuhnya pada agen-agen yang memasok ke butik-butik,” kata dia. Ni Luh juga menjalin kerja sama dengan desainer ternama untuk memasok alas kaki dengan nama sang desainer yang ingin mengembangkan lini sepatu mereka. Ni Luh membantu dari mulai proses desain, sampling, hingga produksi.

Ni Luh ekspansi ke Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Sejak itu, sepatu buatannya mulai dilirik para desainer Australia yang mengajaknya menjalin kerjasama menyiapkan sepatu sesuai desain pakaian yang akan dipasarkan.

Lewat bendera CV Talenta Putra Dewata, yang pada 2006 dan sejak tahun lalu berubah menjadi PT Talenta Putra Dewata, Ni Luh kian gencar menjalin kerja sama bisnis. Tiga desainer Eropa dan 7 desainer Australia dengan merek seperti Charlie Joe, Nicholas Vinetti, dan Tristan Blair, serta desainer sepatu yang cukup terkenal di Australia berhasil digaetnya.

Merek Nilou sendiri sudah dipasarkan di 20 negara, antara lain Australia, Selandia Baru, negara-negara di Eropa, Amerika, Kepulauan Karibia, termasuk negara-negara di Asia. Ni Luh mendapat tawaran dari distributor di Australia dan Prancis sebagai patner. Namun, ia menolak karena dibarengi permintaan proses produksi dilakukan di Cina. Tanpa sepengetahuannya, rekan bisnis dari kedua negara itu mematenkan merek Nilou.

“Kami sempat down. Kepercayaan diri berkurang. Tapi, bisnis harus tetap berjalan. Kami masih punya tenaga dan semangat. Sebagai orang Bali, saya percaya hukum karma,” kata kata ibu dari Ines Saraswati, putri tunggalnya yang kini berusia 6 tahun. Benar saja, merek Nilou hanya bertahan semusim.

Selanjutnya, Ni Luh terpikir untuk membuat merek baru dengan mengusung nama keluarga dan terciptalah merek Niluh Djelantik di 2008 dan langsung dipatenkan. Setahun kemudian, high heels buatannya sudah melanglang buana di berbagai negara Eropa, Australia, dan Selandia Baru.

Label baru ini bahkan telah menembus Globus Switzerland pada 2011, yang merupakan salah satu retailer terkemuka di Eropa dan mulai dipasarkan pada musim panas 2012. Ni Luh juga bekerja sama dengan retailer terkemuka untuk membuka Niluh Djelantik di Rusia.

Pada 2012, Niluh memutuskan mundur dari brand internasional dan fokus melayani pelanggan individual, memproduksi merek sendiri. (Source: https://bisnis.tempo. co/read/703398/niluh-djelantik-pembuat-sepatu-lokal-yang-mendunia)

Bagaimana Memilih dan Memakai High Heels yang Nyaman ?


Tak semua wanita dianugerahi kaki yang jenjang. Hingga kemudian banyak yang memilih menggunakan sepatu high heels atau hak tinggi untuk menunjang penampilannya. Yang tergolong sepatu high heels yaitu yang memiliki hak sepatu mulai dari 5-12 cm atau lebih. Ada beragam jenis
sepatu high heels yang ada di pasaran, seperti stiletto, pump, wedge, dan lain-lain.

Sayangnya, sepatu high heels kerap membuat penggunanya merasa terganggu saat memakainya. Berikut ini adalah beberapa tips yang dikutip dari situs www.alodokter.com tentang cara memilih dan memakai high heels yang nyaman :

Pastikan ukuran sepatu sesuai. Mengukur kaki, sebaiknya tidak hanya panjangnya saja. Lebar kaki juga sebaiknya diperhatikan. Pengukuran sebaiknya dilakukan menjelang malam hari dengan posisi berdiri. Ukuran yang tidak pas, hanya akan menambah beban dan nyeri pada kaki.

Pilih sepatu dengan heel atau hak yang tebal. Sepatu jenis ini akan mencegah tumpuan tertuju pada ujung atau bantalan depan telapak kaki saja. Kaki juga akan lebih stabil dan peregangan jaringan dan otot kaki tidak terlalu besar jika dibandingkan stileto yang memiliki hak berbentuk kecil dan tajam.

Sepatu jenis ini juga dapat meminimalisir gangguan tendon Achilles pada kaki. Ujung sepatu yang lebar. Sedapat mungkin hindari sepatu high heels dengan ujung runcing. Pilih sepatu yang yang memiliki ruang di ujung jari kaki.

Sebaiknya jangan gunakan sepatu yang menimbulkan rasa nyeri di bagian ujung ataupun pinggiran jari kaki. Cari bahan yang lembut. Dibandingkan menggunakan sepatu high heels yang terbuat dari bahan kulit yang kaku, untuk meningkatkan rasa nyaman, sebaiknya pilih bahan yang lebih lembut.
   
Gunakan bantalan alas kaki. Kini tersedia berbagai jenis bantalan alas kaki yang dapat digunakan. Untuk sepatu high heels, Anda dapat memanfaatkan bantalan alas kaki silikon metatarsal yang empuk. Dapat digunakan dengan diselipkan pada telapak kaki bagian depan untuk menyerap guncangan.
   
Pilih sepatu high heels dengan ujung terbuka. Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada ujung-ujung telapak kaki. Hal ini akan sangat membantu untuk Anda yang kerap mengalami gangguan pada kaki berupa penonjolan di pangkal ibu jari atau kelingking jari kaki.
   
Perhatikan derajat kemiringan sepatu high heels. Sepatu yang memiliki hak sekitar 10 cm kemungkinan akan menukik tajam ke bawah, namun ada pula yang memiliki kemiringan yang bertahap. Sebaiknya pilih jenis yang kedua, untuk meminimalisir rasa nyeri pada bantalan telapak kaki yang terletak di bagian bawah ibu jari kaki.
   
Minimalisir penggunaan sepatu high heels. Menggunakan sepatu dengan hak yang lebih rendah, membuat posisi kaki semakin mendekati alami. Ahli menyarankan, penggunaan hak sepatu tidak melebihi 5 cm dengan waktu pemakaian yang tidak berlebihan.

Meski sepatu high heels  cocok digunakan untuk menyempurnakan penampilan, namun sebaiknya hindari menggunakannya terlalu lama karena memiliki risiko kesehatan. Jika perlu, konsultasi dengan dokter atau ahli podiatri untuk informasi lebih lanjut.


Indonesia Masuk Lima Besar Eksportir Sepatu Dunia


Angka investasi di sektor industri alas kaki menjelang akhir tahun 2017 naik empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Yakni mencapai Rp 7,62 triliun yang artinya pula  Indonesia mampu menunjukan prestasi pada sektor industri alas kaki. Bahkan Indonesia berhasil menduduki posisi kelima sebagai eksportir dunia setelah Cina, India, Vietnam, dan Brasil.

"Market share-nya di pasar internasional mencapai 4,4 persen,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara melalui keterangan resmi kepada media, Selasa (7/11/2017). Kendati demikian, Ngakan menyampaikan, industri kulit, produk kulit dan alas kaki dalam negeri perlu mempertahankan desain, suplai bahan baku serta keberlanjutan industri untuk meningkatkan daya saingnya.

“Kendati produk kulit dari Indonesia telah masuk ke pasar ekspor, sektor ini masih harus mengejar produk negara lain dari segi desain serta branding,” tuturnya.  Lebih lanjut, menurut dia, salah satu tantangan utama di sektor ini adalah kecenderungan konsumen memilih produk branded. “Karenanya, kita perlu mendorong agar produk lokal kita merajai di tingkat nasional,” ujar Ngakan.

Khusus faktor Sumber Daya Manusia (SDM), Ngakan menegaskan, perlunya peningkatan kompetensi untuk memenuhi kebutuhan dunia industri saat ini. Dengan itu, pendidikan vokasi disiapkan guna menyiapkan tenaga kerja yang terampil.

“Pemerintah juga terus memberikan bekal ilmu pengetahuan dasar terkait industri kepada anak didik di bangku sekolah yang kemudian akan dikembangkan oleh dunia industri,” kata dia.

Kemenperin telah melaksanakan program pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri. Program yang dimulai sejak Februari 2017 ini, telah diluncurkan empat tahap hingga bulan Oktober.

Wilayah tersebut, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogayakarta, Jawa Barat serta Sumatera bagian utara (Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau). Dari keempat tahap tersebut, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 565 industri dan 1.795 SMK. (Dari berbagai sumber)

Mengenal Sepatu Model Chunky Heels


Chunky Heels Style makin banyak dijumpai di pasar sepatu wanita, hal ini menandakan bahwa kehadiran Chunky Heels dengan penampilan lebih elegan mendapat sambutan positif konsumen. Awalnya, Chunky yang berarti tebal memang benar-benar menjadi istilah untuk rancangan tumit berbentuk tebal dan besar. Bahkan secara visual lebih mengesankan sebagai sepotong kayu segi empat yang dipasang pada tumit sepatu wanita agar bisa lebih tinggi sehingga pantas disebut high heels.

Penampilan Chunky heels yang jauh dari elegan itu membuatnya sering terpuruk jika harus berkompetisi dengan sepatu wanita berbasis model Stiletto dan Cone heels.  Tetapi setelah Chunky Heels tenggelam di awal tahun1980-an, kini mulai bangkit dengan penampilan baru dan ternyata mendapat perhatian dari kalangan konsumen. Meskipun style tersebut tidak secara total menjadi trend atau menggeser pasar yang telah selama bertahun-tahun didominasi oleh kompetitornya, pelahan-lahan Chunky Heels menjadi style yang mulai menarik simpati kaum wanita.

Kapan Chungky Heels Style atau gaya tumit tebal ini hadir, dan bagaimana penampilan awalnya saat masuk ke dunia fashion ? Berikut sejarah dan perkembangan Chunky heels seperti diuraikan dalam situs tips-sepatu-wanita.com

Sejak kaki manusia yang pertama tertusuk duri atau kerikil tajam, di saat itu manusia merasa membutuhkan alas kaki dan mulai berusaha untuk membuatnya dengan cara yang sangat sederhana. Tentu saja, hasilnya juga sangat sederhana, yaitu berbentuk sandal. Sebagian ada yang berbentuk setengah sepatu, sebagian lagi memang mirip sepatu karena memang tujuannya membuat sepatu, tapi hasilnya lebih mirip sandal.

Maklum, teknologinya masih belum ada dan bahannya pun masih serba terbatas. Karena itu pula selama berabad-abad alas kaki yang mendominasi manusia terbatas hanya pada sepatu flat atau hak datar. Baru setelah memasuki abad 15, para ahli sejarah memperkirakan hadirnya sepatu hak tinggi atau high heels. Hal itupun belum jelas benar, apakah definisi high heels dipahami secara benar atau yang dimaksud adalah sepatu berplatform tinggi.

Di abad ke 20 Chunky heels menjadi style yang populer di tahun 1970-an dipakai oleh para selebriti di dunia musik. Para bintang terkenal di saat itu, seperti David Bowie dan anggota The Jackson 5, group bersaudara Michael Jackson sering melakukan show dengan memakai Chunky heels. Model ini pun segera merebak dan menjadi trend di kalangan pria maupun wanita.

Popularitas Chunky heels mulai menurun menjelang dimasukinya tahun 1980. Hadirnya beragam model hig heels dengan style baru yang sempat tenggelam mulai bangkit kembali dan bergiliran menjadi trend di dunia fashion. Meskipun demikian, Model Chunky masih tetap bertahan dan bisa dijumpai di berbagai pasar sepatu tetapi dengan ukuran tumit lebih rendah dan kebanyakan tanpa platform.

Dua tahun terakhir ini, Chunky heels nampak mulai hadir kembali dengan style yang berbeda dan tidak lagi terkesan sekedar sepatu yang diganjal dengan potongan kayu di bagian tumit. Selain lebih elegan, Chunky heels di era 2015 tidak lagi menjadi sepatu yang didisain untuk pria, tetapi lebih khusus ditujukan untuk segmentasi wanita dan nampaknya pula berpeluang menjadi trend dalam dua tahun mendatang.

Jika didasarkan pada berbagai hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa high heels hadir di abad 15, tanpa disertai penjelasan secara rinci tentang model sepatu tersebut. Maka untuk menentukan kapan kehadiran Chunky Heels boleh dikatakan lebih akurat, karena “terdokumentasi” dalam lukisan-lukisan Hyacinthe Rigaud, (18 July 1659 - 29 December 1743) pelukis kerajaan yang karya-karyanya masih terpelihara dengan baik di berbagai museum.


Setidaknya ada dua karya Rigaud terpenting sebagai bahan akurat untuk menelusuri sejarah Chunky Heels Style. Pertama adalah lukisannya tentang perkawinan Louis XIV dengan Maria Theresa. Lukisan kedua saat Louis XIV menjadi raja dan dijuluki sebagai King of France and Navarre, yang dibuatnya pada tahun 1701 dan diakui sebagai salah satu karya terbaik Hyacinthe Rigaud.

Dalam kedua lukisan yang kaya dengan detail dan dibuat dalam waktu berbeda tersebut dapat terlihat dengan jelas model sepatu yang sedang trend di kalangan kerajaan pada saat itu. Baik sepatu yang digunakan para undangan dalam lukisan pertama dan sepatu yang dipakai oleh Louis XIV memiliki heels atau hak tebal berwarna merah dengan ukuran yang sama besar antara heels seat dengan top heel. Bentuk tersebut adalah tipikal model Chunky dalam kategori mid heels.

Detail yang “terdokumentasi” dalam kedua lukisan Rigaud adalah fakta sejarah yang paling akurat untuk menyimpulkan kapan sejarah Chunky Style ini dimulai. Mungkin saja jauh sebelum kelahiran Louis XIV model Chunky sudah dikenal, tetapi tanpa dukungan dokumentasi yang akurat akan menjadi spekulasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Dari kehadirannya sejak tahun 1650-an (sejak kelahiran Louis XIV) sampai tahun 2015, model Chunky terhitung sudah berusia sekitar 365 tahun. Dalam kurun waktu tersebut model ini pernah menjadi status simbol kalangan kerajaan dan bangsawan Perancis. Di tahun 1970-an kembali menjadi trend di dunia fashion sebagai sepatu pria dan wanita, lalu surut kembali. Kini di tahun 2015 Chunky Heels Style dengan kreasi yang inovatif nampaknya lebih agresif memasuki pasar fashion dibanding beberapa tahun sebelumnya.

Memilih Sepatu untuk Kuliah

 Ternyata Beginilah
Cara Memilih Sepatu untuk Kuliah


Terkadang keinginan untuk membeli sepatu hanya berdasarkan dari merek, model, dan harganya. Padahal, faktor kenyamanan adalah hal yang paling utama. Memakai sepatu yang tidak nyaman, dapat menyiksa kaki dan akan mempengaruhi cara berjalan. Oleh karena itu, idealnya harus bisa membeli sepatu yang baik, tepat, pas, dan berkualitas. Berikut tips yang harus diperhatikan saat membeli sepatu, terutama untuk kuliah.

Perhatikan Ukuran dengan Benar

Perhatikanlah ukuran kaki secara teratur, karena ukuran kaki akan berubah seiring bertambahnya usia. Jangan sampai hanya terpaku pada nomor sepatu yang biasa dibeli. Misalnya terbiasa mengenakan ukuran sepatu 37, siapa tahu ukuran sepatu saat ini sudah berubah menjadi 38. Saat mencobanya, jangan lupa juga untuk berjalan beberapa langkah sampai kaki terasa nyaman dan pas.

Pakailah Kaus Kaki

Jika terbiasa menggunakan kaos kaki, jangan lupa bawalah kaos kaki ketika mencoba sepatu baru agar sepatu yang dibeli nyaman dipakai sesuai keinginan.

Membeli Sepatu di Sore Hari

Ketika berniat membeli sepatu, sebaiknya lakukan di sore hari karena pada saat itulah kaki mencapai ukuran terbesar setelah menjalani berbagai aktivitas seharian. Oleh karena itu, membeli di sore hari akan memungkinkan mendapatkan ukuran sepatu yang benar-benar pas dan nyaman.

Cermati Bahannya

Menyesuaikan dengan tren boleh saja. Namun, untuk kesehatan kaki sebaiknya pilih material yang memungkinkan kaki untuk bernapas. Pilihlah bahan dengan kualitas yang bagus, misalnya bahan kulit atau sintetis yang lembut. Bahan seperti itu lebih lentur dan memberikan keleluasaan kaki untuk bergerak.

Dicoba dulu

Sebelum membeli sepatu yang sudah dipilih, sebaiknya mencobanya terlebih dahulu. Biasanya setiap ukuran sepatu tak pernah sama di setiap negara, bahkan di setiap merek. Apabila berniat untuk membeli sepatu secara online, ukurlah panjang kaki. Hal ini dilakukan untuk menghindari membeli sepatu yang salah seperti kekecilan, kebesaran, dan tak nyaman dipakai. (sumber: sepatunesia.com)

Bikin Sepatu Segala Model


 Disini Bisa Bikin Sepatu Segala Model
Dengan Merk Sendiri


Saat membeli sepatu pada umumnya dalam mencari model selalu mengikuti apa yang disediakan di toko. Berbeda dengan pengrajin sepatu asal Desa Ngoran Kecamatan Nglegok, Indah Suprihatin, bisa mengikuti model yang pembeli minta tanpa disertai merek.

Hanya cukup memberikan model maka sepatu siap dibuatkan. Tak pelak banyak konsumen puas hingga produk buatannya tersebut diketahui hingga luar pulau Jawa. Bahkan Anda bisa menambahkan dengan nama Anda sendiri sebagai merk kalau Anda mau. Bagi pengusaha butik sepatu fashion bisa membuat merk dengan nama butiknya, sehingga menjadi sebuah produk fashion yang ekslusif

Indah Suprihatin memang tidak selalu melakukan produksi sepatu untuk setiap harinya. Namun  dia hanya produksi hanya ketika ada pesanan saja. Model sepatu dan bahan sepatu yang dia buat mengikuti kemauan konsumen. Menuruti kemauan konsumen ini membuatnya disukai konsumen hingga dikenal di luar pulau.

“Ini membuat toko saya dikenal hingga luar pulau seperti kemarin dapat pesanan Lampung dan sebulan lalu dari Palembang juga pesan. Sebab saya mau mengikuti model saat ini,” ungkapnya, Rabu (8/11/2017).

Menurut dia, selain mengikuti model produk buatannya mempunyai keunggulan lainnya yakni soal keawetan barang. Hal ini diakui oleh pelanggan tetapnya kalau sepatu buatannya tidak gampang rusak. Tak seperti buatan pabrik yang jahitannya mudah lepas dibanding buatannya yang hanya buatan rumahan.

“Rahasianya karena sepatu kita seumpama makanan selalu fresh. Jadi kita tidak menimbun bahan baku atau stok sepatu jadi. Sehingga bahan seperti bahan kulit selalu fresh atau tidak kadaluarsa. Kalau kulit lama karena disimpan digudang bisanya gampang terkelupas sendiri ciri-cirinya,” ujarnya.

Meski demikian harga yang dia patok tergolong murah dibanding produk pabrikan. Di samping konsumen bebas melakukan keinginan memilih bentuk dan ukuran yang mereka mau. Konsumen cukup mengirim pesan atau gambar melalui facebook miliknya maka sepatu bakal sesuai keinginan itu bakal dibuat.

“Saya patok murah memang agar mereka ikut membantu promosi kami. Karena hitungannya kami masih baru berdiri sekitar 3 tahun lalu,” katanya.

Dari bisnisnya ini kini dia bisa meraup omzet rata-rata Rp 5 juta perbulannya. Selain itu dia juga dipercaya oleh pemerintah daerah dalam mengajarkan warga sekitar membuat sepatu dalam rangka mengembangkan industri sepatu di Blitar.

“Kalau omzet sebenarnya tak menentu kadang kalau sepi hanya Rp 3 juta kadang kalau rame lebih dari 10 juta pernah. Kalau lebih dari itu saya kadang bingung cari pengrajinnya maka dari itu saat diajak pemerintah membagikan ilmu, saya dengan senang hati membantu. Sebab dalam rangka mengembangkan potensi Blitar dalam industri sepatu ini,” ungkapnya kepada wartawan BlitarTimes.

Debbie Luncurkan High Heels Seharga Rp203 Miliar


Debbie Wingham, desainer asal Inggris memang dikenal sebagai desainer yang telah menciptakan rancangan-rancangan super mahal dan fantastis. Sebelumnya Debbie membuat sepatu termahal, ia juga telah menciptakan gaun senilai ratusan miliar rupiah yang menyita perhatian kaum selebriti dan para model papan atas.

Kreasi terbarunya adalah sepatu high heels termahal di dunia, karena didesain bertahtakan berlian dan benang dari emas murni. Seperti dilansir oleh odditycentral.com, sepatu ini memiliki harga yang fantastis, yakni $15 juta atau setara Rp203,8 Miliar. Maklum, selain bahannya mahal pembuatannya pun memerlukan ketelitian yang tinggi dan memakan waktu cukup lama.

Menurut Debbie, high heels tersebut merupakan pesanan keluarga kaya yang menginginkan karya seni ekslusif, unik dan mahal yang akan digunakan sebagai hadiah.

Sepatu hak tinggi termahal di dunia ini berwarna coklat keemasan karena bertabur sekitar 1.000 keping berlian dan logam emas batangan 24 karat untuk melapisi bagian luar. Pada bagian depan sepatu, dihiasi oleh berlian merah muda seberat 3 karat seharga Rp19 Miliar, dua berlian satu karat kualitas terbaik seharga Rp25,9 Miliar dan empat berlian putih murni seberat tiga karat yang harganya tak kurang dari Rp20 Miliar.

Sepatu Empat Wanita Ini Buat Selundupkan Sabu


Polsek Medan Helvetia berhasil membongkar jaringan peredaran narkotika jenis sabu-sabu, yang dilakukan empat wanita asal Aceh. Modusnya terbilang baru, sebab barang haram itu dikemas dalam plastik yang diselipkan dalam sandal dan sepatu yang dipakai ke empat wanita tersebut.Kapolsek Medan Helvetia Kompol Trila Murni mengatakan, dari keempatnya disita barang bukti sabu sekitar 1 Kg.

Adapun keempat tersangka adalah, Fauziah Ishak (36) warga Desa Pulau Lawang Kecamatan Peu Dadah Kabupaten Biren Aceh Utara, Darwati Ajalil (38) warga Desa Buket Paya Kecamatan Peu Dadah, Kabupaten Bireun Aceh Utara, Nurlaila (45) warga Desa Pulau Lawan Kecamatan Peu Dadah, Kabupaten Bireun Aceh Utara dan Yisniari (20) warga Desa Keude Alue Reheng Kecamatan Peu Dadah, Kabupaten Bireun Aceh Utara.

“Mereka ditangkap di salah satu hotel Jalan Gatot Subroto (Gatsu) Medan, Sabtu (28/10/2017) malam,” ujar Trila, Minggu (29/10/2017).

Disebutkannya, penangkapan ini bermula saat pihaknya menerima informasi adanya kurir narkoba yang membawa sabu dari Aceh menuju Jambi. Setelah dilakukan penyelidikan, petugas mendapatkan kabar kalau para kurir itu menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah diketahui tempat penginapan para kurir itu, polisi berpakaian preman langsung menuju ke lokasi hotel.

“Sesampainya di hotel, petugas melakukan penyamaran sebagai pekerja hotel (receptionis). Lalu polisi masuk ke kamar di lantai II yang dihuni oleh para pelaku,” beber mantan Wakapolsek Medan Sunggal ini.

Begitu masuk di kamar itu, polisi pun langsung melakukan penggeledahan di seluruh sudut ruangan. Awalnya polisi tidak menemukan barang bukti sabu, tapi kecurigaan petugas muncul melihat sandal bertumit para pelaku seluruhnya serupa.

“Di situlah petugas mencoba membuka jahitan sandal dan menemukan 8 bungkus plastik berisi sabu yang diperkirakan seberat 1 Kg. Selanjutnya keempat wanita itu beserta barang bukti diboyong ke Mapolsek Medan Helvetia untuk diproses lebih lanjut,” sebutnya. (Source: goaceh.co)

Polisi Razia Nike Palsu, Banyak Toko Tutup


Sedikitnya 20 toko perlengkapan olahraga di Pasar Klithikan Notoharjo, Semanggi, Solo, tutup pada Jumat (21/7/2017) setelah kepolisian merazia sepatu merek Nike palsu di sejumlah pasar tradisional di Kota Solo, Kamis (20/7/2017).

Pasar Klithikan menjadi salah satu sasaran razia tim Subdit Ekonomi Khusus Ditreskrimsus Polda Jateng selain Pasar Ngudi Rejeki di Gilingan, Banjarsari. Di Pasar Notoharjo polisi menyita ratusan produk sepatu bahkan informasinya sempat ada dua pedagang yang diciduk aparat.

Seorang tukang parkir di Pasar Klithikan, Rian, menjelaskan tim kepolisian mendatangi Pasar Klithikan pada Kamis siang. “Mereka memeriksa toko-toko di sini terus barang-barang seperti sepatu disita. Tidak hanya sepatu merek Nike KW, tapi informasinya ada Yonex, juga Adidas. Dua pedagang
juga kemarin sempat dibawa polisi,” kata Rian tanpa menyebut identitas kedua pedagang tersebut.

Toko olahraga di Pasar Klithikan menempati beberapa blok. Di salah satu blok dekat pintu masuk kendaraan, ada seorang pedagang yang buka  tapi hanya menjual sepatu roda. “Kami semua cari aman dulu. Setidaknya untuk tiga hari ke depan kami enggak akan jualan dulu. Ini saya hanya jual sepatu roda yang enggak ada barang tembakan,” kata pedagang yang enggan disebut namanya itu.

Dia membenarkan ada rekannya yang sempat diciduk polisi. “Tapi buat apa polisi menangkap pedagang kecil kayak kami, wong kami ini juga kulakan. Kalau mau menangkap ya produsennya yang besar,” tutur dia. Pedagang tersebut mengatakan setelah razia, para pedagang di Pasar Klithikan khawatir. Mereka memilih tiarap sampai situasi kondusif lagi untuk berdagang. “Bathi mung Rp5.000 lo, kok yo resikone nganti kaya ngene (Untung cuma Rp5.000 lo, kok ta risikonya sampai kayak begini),” tutur dia.

Sementara itu, tidak beroperasinya sejumlah toko olahraga di Pasar Klithikan membuat pengunjung kecele. Seorang pengunjung, Andi, sempat bertanya-tanya kepada tukang parkir atau pedagang di toko lain alasan tutupnya toko-toko olahraga di sana. “Biasanya saya ke sini pagi pukul 08.00
WIB sudah pada buka, hla ini kok kompak tutup semua. Wah ternyata,” kata Andi yang mengaku pernah berbelanja produk KW.

Lurah Pasar Klithikan Notoharjo, Sumadi, mengaku sering mewanti-wanti pedagang agar memperjualbelikan barang yang baik. “Artinya bukan barang gelap, bukan barang palsu. Pembinaan seperti ini dulu sering kami sampaikan kepada pedagang pakaian bekas, termasuk juga kepada pedagang barang-barang olahraga,” kata Sumadi.

Jika belakangan ada operasi dan penyitaan produk palsu dari kepolisian, menurut Sumadi, itu sudah menjadi kesalahan pedagang. Kepada pedagang onderdil, dia juga meminta untuk tidak menerima barang curian karena bisa kena pasal penadahan.

“Kayak dulu kan Klithikan disebut pasar maling. Kami berupaya memperbaiki image itu, janganlah jual-jual barang curian begitu. Kalau urusan jual sepatu palsu, kami serahkan urusannya ke kepolisian,” ujar Sumadi. (Source: solopos.com)

Buah Keuletan, Ketekunan dan Kerja Keras

 Dirikan Pabrik Sepatu Bermodal Rp 10 Juta


Keuletan, kesabaran dan kerja keras pasti membuahkan hasil. Hal itu dibuktikan Tri Mulyo (50), warga Jl Jaksa Agung Suprapto, RT 01 RW 01, Dusun Kedondong, Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Berbekal uang Rp10 juta, ia kini sukses membangun industri sandal dan sepatu. Seperti apa kisahnya?

Tri mengaku sudah hampir 18 tahun menekuni bisnis tersebut. Karena konsistensinya, usahanya tersebut terus berkembang. Ia mengatakan produknya tak kalah dengan sepatu dan sandal bermerk yang ada di mall atau distro ternama. Tri menamakan usaha miliknya dengan sebutan “Three Star’s”.

Ditemui wartawan media online di sela-sela melayani pembeli yang datang ke toko sekaligus tempat tinggalnya, Tri mengatakan bahwa asal muasal dirinya terjun ke bisnis sepatu dan sandal berawal dari dirinya yang menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja), lantaran perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebakaran dan mengakibatkan kerugian material hingga miliaran rupiah.


“Saya dulu buruh di pabrik sol, dan kira-kira tahun 1996 pabrik kebakaran sehingga banyak karyawan yang dirumahkan termasuk saya. Bingung sekali waktu itu karena saya mikir kerja apa nanti. Tapi tiba-tiba saya ingin membeli sol-sol yang sudah reject (rusak), dan ternyata diperbolehkan oleh perusahaan,” kenang Tri akan masa kelamnya dulu.

Tri menjual sol-sol itu ke salah satu pabrik di Mojokerto dengan sistem barter (tukar barang) sepatu. Dengan harapan mendapatkan banyak sepatu yang siap dijual kembali. Tapi ternyata sepatu yang didapatkannya juga dalam keadaan reject sehingga dirinya memilih untuk membuat sepatu sendiri.

“Bisa dibilang dibohongi. Tapi ya sudahlah, saya niat untuk membuat sepatu. Dengan modal kemampuan saya membuat sol, akhirnya saya mencari tukang jahit sepatu ditambah minjem uang di bank Rp 10 juta, saya nekat buat sepatu,” imbuhnya.

Sepatu yang dibuatnya adalah sepatu kantor dan sekolah. Sebelum seperti sekarang, pesanan yang datang kepadanya belum begitu banyak. Tri mengaku menerima pesanan hanya 2-5 pasang sepatu saja dan itupun dengan keuntungan yang tak seberapa.

Berkat ketelatenan dan keuletan dirinya, pesanan demi pesanan akhirnya datang kepadanya, termasuk yang paling diingat adalah pesanan 14.000 sepatu khusus Banser yang dipesan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Saking banyaknya pesanan, Tri mempekerjakan 25 orang untuk selesai sampai 3 bulan.

“Waktu itu ada kegiatan Banser se-Jawa Timur tahun 2003 dan dipusatkan di Kabupaten Pasuruan. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur meski sempat khawatir pesanan tak selesai tepat waktu,” jelasnya.
Setelah itu, pesanan demi pesana dalam jumlah besar ia terima termasuk sepatu Brimob dengan jumlah mencapai 700-800 pasang.

Hingga kini, Tri memproduksi banyak jenis sepatu, mulai dari sepatu kantor, sekolah, safety shoes (sepatu pabrik), olahraga, PDH, marching band sampai sepatu fashion. Harganya pun dibrandol sesuai dengan jenis sepatu.
“Kalau safety shoes mulai dari Rp 120-Rp 150 ribu, sepatu kantor Rp 80-Rp 120 ribu, sepatu sport atau olahraga antara Rp 80-Rp 150 ribu, sepatu sekolah mulai Rp 60-Rp 150 ribu, sepatu PDH mulai Rp 120-Rp 200 ribu dan sepatu fashion mulai dari Rp 75-Rp 350 ribu,” akunya.

Dari usaha yang dirintisnya, Tri mampu menyekolahkan anak pertamanya, Arit Multi Prawiro (24) hingga menjadi dokter gigi serta anak sulungnya yang kini bersekolah di Malang. Selain itu, Tri yang kini memiliki 14 pekerja tersebut sudah mendapat pasar tetap, dan semuanya hampir ke semua daerah se-Indonesia.

“Alhamdulillah, kalau ditanya berapa keuntungan yang didapat, pokoknya cukup untuk menggaji karyawan dan kesejahteraan mereka, dan untuk masa depan anak-anak saya,” katanya. (Kumparan)

Tanpa Merek, Sepatu Mojokerto Sudah Populer



Mojokerto - Selama belasan tahun Kota Mojokerto menjadi pusat kerajinan sepatu yang rata-rata menghasilkan 2.000 kodi tiap bulannya. Ironisnya, produk alas kaki itu justru menjadi populer di daerah lain karena belum adanya merek resmi.

Ketua Komunitas Pengusaha Alas Kali (Kompak) Kota Mojokerto Emru Syuhadak mengatakan, saat ini industri rumahan (home industry) alas kaki di kota itu mencapai 380 unit dengan melibatkan 15 ribu tenaga kerja. Rata-rata tiap bulan, para pengrajin mampu menghasilkan 2.000 kodi sepatu dan sandal.

Pemasarannya, lanjut Emru, menyentuh hampir semua kota dan kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut dia, sepatu buatan pengrajin di Kota Onde-Onde banyak diminati karena desainnya yang terus mengikuti perkembangan model. Mulai dari sepatu berbahan kulit, imitasi, hingga karung goni.

"Rata-rata tiap tahun ada peningkatan penjualan 10%," kata Emru di pameran produk UKM bertajuk gebyar teknologi dan pesta rakyat 2017 di lapangan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Senin (8/5/2017).

Perkembangan industri alas kaki di Kota Mojokerto, jelas Emru, tak lepas dari peran serta pemerintah setempat. Khususnya dalam permodalan. Menurut dia, pemerintah mengucurkan pinjaman modal tanpa bunga mulai dari Rp 10-50 juta.

Hanya saja, yang masih menjadi keluhan para pengrajin terkait belum adanya merek resmi sepatu buatan Kota Mojokerto. Tak ayal, sepatu dan sandal ini justru dianggap buatan daerah lain. "Pemerintah kurang pada pembangunan ikon. Karena yang terkenal malah sepatu Tanggulangin (Sidoarjo), padahal produk Mojokerto," ungkapnya.

Persoalan tersebut juga diamini Wali Kota Mojokerto, Mas'ud Yunus. "Sepatu kita sudah menguasai Indonesia timur, seperti di Tanggulangin itu produk Kota Mojokerto karena kita tak punya merek," ujarnya.

Untuk itu, Mas'ud mengaku telah menyiapkan merek khusus sebagai ikon sepatu Kota Mojokerto. Merk MOKER (Mojokerto Keren) itu akan dipatenkan dalam tahun ini. "Juga kami akan buat workshop semacam rumah sederhana untuk pelatihan produksi dan pemasaran, targetnya 2018,"
tandasnya. (Source: news.detik.com)