Showing posts with label Features. Show all posts
Showing posts with label Features. Show all posts
Sepatu Minie Mouse Booming Karena Disukai Selebriti
2:59:00 PM
Features
Mickey Mouse dan Minie Mouse adalah tokoh kartun Disney yang menjadi favorit anak-anak. Karena itu tokoh ioni diaplikasikan ke berbagai macam produk khususnya untuk anak. Dampaknya, produk pun laris dan tokoh ini ikut terpelihara popularitasnya sepanjang masa. Baru-baru ini
produk beridentitas kembali booming, bukan di kalangan anak-anak, melainkan selebriti kelas dunia.
Gara-gara brand sepatu asal Milan, Oscar Tiye merilis highy heels dengan tambahan ornamen telinga Minie Mouse yang pada bagian belakang sepatu. Sepatu high heels Minie Mouse ini memiliki detail tali kecil di bagian samping kanan dan kiri. Jika dilihat dari depan, heels ini terlihat biasa namun pada bagian belakang dibuat berbeda. Sepasang telinga Minnie Mouse tampak mempercantik bagian belakang dari heels ini.
Menurut Fashionstylemag, ada dua orang yang berada di balik pembuatan sepatu yang tengah populer di Instagram ini, mereka adalah Amina Muaddi dan Irina Curutz. Oscar Tiye pun memberikan detail khas mereka yaitu dengan menaruh pin bergambar logo brand mereka berbentuk kumbang yang menjadi simbol dewa Mesir.
Kepopuleran sepatu Minnie dimulai setelah dua fashionista populer Giovanna Battaglia dan Aimee Song memakainya ketika menghadiri Paris Fashion Week 2017/2018. Setelah itu sederet selebriti pun tampak memakai heels Minnie ini, di antaranya Britney Spears, Eva Longoria, Heilee Steinfeld dan Heidi Klum. Sepasang sepatu ini dijual dengan harga berkisar antara US$ 450 hingga US$ 700 atau Rp 6 juta sampai 10 juta. (*)
Niluh Djelantik, Sepatunya Mendunia
6:07:00 AM
Features
Kecintaan pada sepatu menuntun Ni Luh Ary Pertami Djelantik memulai usaha sepatu pada 2003. Delapan tahun menekuni karier profesional belum membuatnya puas. Dengan alasan kesehatan, ia pulang ke Tanah Air, tepatnya Bali.
“Saya memutuskan memulai benar-benar dari awal. Pilihan jatuh pada bisnis sepatu yang memang saya sukai melebihi baju, tas, perhiasan atau pernak-pernik lainnya,” katanya.
Sejak awal, sulung dari dua bersaudara kelahiran 15 Juni 1975 ini memutuskan untuk memilih produk kelas atas. Tanpa pabrik, tanpa tukang, Ni Luh mulai berkreasi menumpang di pabrik sepatu milik temannya yang bergerak di mass product.
Ni Luh diberi amanah membuat desain, sampling dan produksi, sementara rekannya yang menjual. Tak disangka, desain pertamanya laris-manis di Eropa. Koleksi keduanya yang meluncur pada Oktober 2014 juga mendapat sambutan luar biasa.
Bahkan, sebuah toko yang cukup besar di Inggris memberinya kesempatan untuk menjual dengan mengusung merek Nilou, diambil dari namanya sendiri yang sedikit diubah agar terdengar seperti bahasa Prancis. Perlahan, produk Nilou mulai dikenal luas di Eropa.
“Saya fokus di product development sedangkan pemasaran dipercayakan sepenuhnya pada agen-agen yang memasok ke butik-butik,” kata dia. Ni Luh juga menjalin kerja sama dengan desainer ternama untuk memasok alas kaki dengan nama sang desainer yang ingin mengembangkan lini sepatu mereka. Ni Luh membantu dari mulai proses desain, sampling, hingga produksi.
Ni Luh ekspansi ke Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Sejak itu, sepatu buatannya mulai dilirik para desainer Australia yang mengajaknya menjalin kerjasama menyiapkan sepatu sesuai desain pakaian yang akan dipasarkan.
Lewat bendera CV Talenta Putra Dewata, yang pada 2006 dan sejak tahun lalu berubah menjadi PT Talenta Putra Dewata, Ni Luh kian gencar menjalin kerja sama bisnis. Tiga desainer Eropa dan 7 desainer Australia dengan merek seperti Charlie Joe, Nicholas Vinetti, dan Tristan Blair, serta desainer sepatu yang cukup terkenal di Australia berhasil digaetnya.
Merek Nilou sendiri sudah dipasarkan di 20 negara, antara lain Australia, Selandia Baru, negara-negara di Eropa, Amerika, Kepulauan Karibia, termasuk negara-negara di Asia. Ni Luh mendapat tawaran dari distributor di Australia dan Prancis sebagai patner. Namun, ia menolak karena dibarengi permintaan proses produksi dilakukan di Cina. Tanpa sepengetahuannya, rekan bisnis dari kedua negara itu mematenkan merek Nilou.
“Kami sempat down. Kepercayaan diri berkurang. Tapi, bisnis harus tetap berjalan. Kami masih punya tenaga dan semangat. Sebagai orang Bali, saya percaya hukum karma,” kata kata ibu dari Ines Saraswati, putri tunggalnya yang kini berusia 6 tahun. Benar saja, merek Nilou hanya bertahan semusim.
Selanjutnya, Ni Luh terpikir untuk membuat merek baru dengan mengusung nama keluarga dan terciptalah merek Niluh Djelantik di 2008 dan langsung dipatenkan. Setahun kemudian, high heels buatannya sudah melanglang buana di berbagai negara Eropa, Australia, dan Selandia Baru.
Label baru ini bahkan telah menembus Globus Switzerland pada 2011, yang merupakan salah satu retailer terkemuka di Eropa dan mulai dipasarkan pada musim panas 2012. Ni Luh juga bekerja sama dengan retailer terkemuka untuk membuka Niluh Djelantik di Rusia.
Pada 2012, Niluh memutuskan mundur dari brand internasional dan fokus melayani pelanggan individual, memproduksi merek sendiri. (Source: https://bisnis.tempo. co/read/703398/niluh-djelantik-pembuat-sepatu-lokal-yang-mendunia)
Bikin Sepatu Segala Model
10:38:00 PM
Features
Disini Bisa Bikin Sepatu Segala Model
Dengan Merk Sendiri
Saat membeli sepatu pada umumnya dalam mencari model selalu mengikuti apa yang disediakan di toko. Berbeda dengan pengrajin sepatu asal Desa Ngoran Kecamatan Nglegok, Indah Suprihatin, bisa mengikuti model yang pembeli minta tanpa disertai merek.
Hanya cukup memberikan model maka sepatu siap dibuatkan. Tak pelak banyak konsumen puas hingga produk buatannya tersebut diketahui hingga luar pulau Jawa. Bahkan Anda bisa menambahkan dengan nama Anda sendiri sebagai merk kalau Anda mau. Bagi pengusaha butik sepatu fashion bisa membuat merk dengan nama butiknya, sehingga menjadi sebuah produk fashion yang ekslusif
Indah Suprihatin memang tidak selalu melakukan produksi sepatu untuk setiap harinya. Namun dia hanya produksi hanya ketika ada pesanan saja. Model sepatu dan bahan sepatu yang dia buat mengikuti kemauan konsumen. Menuruti kemauan konsumen ini membuatnya disukai konsumen hingga dikenal di luar pulau.
“Ini membuat toko saya dikenal hingga luar pulau seperti kemarin dapat pesanan Lampung dan sebulan lalu dari Palembang juga pesan. Sebab saya mau mengikuti model saat ini,” ungkapnya, Rabu (8/11/2017).
Menurut dia, selain mengikuti model produk buatannya mempunyai keunggulan lainnya yakni soal keawetan barang. Hal ini diakui oleh pelanggan tetapnya kalau sepatu buatannya tidak gampang rusak. Tak seperti buatan pabrik yang jahitannya mudah lepas dibanding buatannya yang hanya buatan rumahan.
“Rahasianya karena sepatu kita seumpama makanan selalu fresh. Jadi kita tidak menimbun bahan baku atau stok sepatu jadi. Sehingga bahan seperti bahan kulit selalu fresh atau tidak kadaluarsa. Kalau kulit lama karena disimpan digudang bisanya gampang terkelupas sendiri ciri-cirinya,” ujarnya.
Meski demikian harga yang dia patok tergolong murah dibanding produk pabrikan. Di samping konsumen bebas melakukan keinginan memilih bentuk dan ukuran yang mereka mau. Konsumen cukup mengirim pesan atau gambar melalui facebook miliknya maka sepatu bakal sesuai keinginan itu bakal dibuat.
“Saya patok murah memang agar mereka ikut membantu promosi kami. Karena hitungannya kami masih baru berdiri sekitar 3 tahun lalu,” katanya.
Dari bisnisnya ini kini dia bisa meraup omzet rata-rata Rp 5 juta perbulannya. Selain itu dia juga dipercaya oleh pemerintah daerah dalam mengajarkan warga sekitar membuat sepatu dalam rangka mengembangkan industri sepatu di Blitar.
“Kalau omzet sebenarnya tak menentu kadang kalau sepi hanya Rp 3 juta kadang kalau rame lebih dari 10 juta pernah. Kalau lebih dari itu saya kadang bingung cari pengrajinnya maka dari itu saat diajak pemerintah membagikan ilmu, saya dengan senang hati membantu. Sebab dalam rangka mengembangkan potensi Blitar dalam industri sepatu ini,” ungkapnya kepada wartawan BlitarTimes.
Buah Keuletan, Ketekunan dan Kerja Keras
6:52:00 AM
Features
Dirikan Pabrik Sepatu Bermodal Rp 10 Juta
Keuletan, kesabaran dan kerja keras pasti membuahkan hasil. Hal itu dibuktikan Tri Mulyo (50), warga Jl Jaksa Agung Suprapto, RT 01 RW 01, Dusun Kedondong, Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Berbekal uang Rp10 juta, ia kini sukses membangun industri sandal dan sepatu. Seperti apa kisahnya?
Tri mengaku sudah hampir 18 tahun menekuni bisnis tersebut. Karena konsistensinya, usahanya tersebut terus berkembang. Ia mengatakan produknya tak kalah dengan sepatu dan sandal bermerk yang ada di mall atau distro ternama. Tri menamakan usaha miliknya dengan sebutan “Three Star’s”.
Ditemui wartawan media online di sela-sela melayani pembeli yang datang ke toko sekaligus tempat tinggalnya, Tri mengatakan bahwa asal muasal dirinya terjun ke bisnis sepatu dan sandal berawal dari dirinya yang menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja), lantaran perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebakaran dan mengakibatkan kerugian material hingga miliaran rupiah.
“Saya dulu buruh di pabrik sol, dan kira-kira tahun 1996 pabrik kebakaran sehingga banyak karyawan yang dirumahkan termasuk saya. Bingung sekali waktu itu karena saya mikir kerja apa nanti. Tapi tiba-tiba saya ingin membeli sol-sol yang sudah reject (rusak), dan ternyata diperbolehkan oleh perusahaan,” kenang Tri akan masa kelamnya dulu.
Tri menjual sol-sol itu ke salah satu pabrik di Mojokerto dengan sistem barter (tukar barang) sepatu. Dengan harapan mendapatkan banyak sepatu yang siap dijual kembali. Tapi ternyata sepatu yang didapatkannya juga dalam keadaan reject sehingga dirinya memilih untuk membuat sepatu sendiri.
“Bisa dibilang dibohongi. Tapi ya sudahlah, saya niat untuk membuat sepatu. Dengan modal kemampuan saya membuat sol, akhirnya saya mencari tukang jahit sepatu ditambah minjem uang di bank Rp 10 juta, saya nekat buat sepatu,” imbuhnya.
Sepatu yang dibuatnya adalah sepatu kantor dan sekolah. Sebelum seperti sekarang, pesanan yang datang kepadanya belum begitu banyak. Tri mengaku menerima pesanan hanya 2-5 pasang sepatu saja dan itupun dengan keuntungan yang tak seberapa.
Berkat ketelatenan dan keuletan dirinya, pesanan demi pesanan akhirnya datang kepadanya, termasuk yang paling diingat adalah pesanan 14.000 sepatu khusus Banser yang dipesan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Saking banyaknya pesanan, Tri mempekerjakan 25 orang untuk selesai sampai 3 bulan.
“Waktu itu ada kegiatan Banser se-Jawa Timur tahun 2003 dan dipusatkan di Kabupaten Pasuruan. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur meski sempat khawatir pesanan tak selesai tepat waktu,” jelasnya.
Setelah itu, pesanan demi pesana dalam jumlah besar ia terima termasuk sepatu Brimob dengan jumlah mencapai 700-800 pasang.
Hingga kini, Tri memproduksi banyak jenis sepatu, mulai dari sepatu kantor, sekolah, safety shoes (sepatu pabrik), olahraga, PDH, marching band sampai sepatu fashion. Harganya pun dibrandol sesuai dengan jenis sepatu.
“Kalau safety shoes mulai dari Rp 120-Rp 150 ribu, sepatu kantor Rp 80-Rp 120 ribu, sepatu sport atau olahraga antara Rp 80-Rp 150 ribu, sepatu sekolah mulai Rp 60-Rp 150 ribu, sepatu PDH mulai Rp 120-Rp 200 ribu dan sepatu fashion mulai dari Rp 75-Rp 350 ribu,” akunya.
Dari usaha yang dirintisnya, Tri mampu menyekolahkan anak pertamanya, Arit Multi Prawiro (24) hingga menjadi dokter gigi serta anak sulungnya yang kini bersekolah di Malang. Selain itu, Tri yang kini memiliki 14 pekerja tersebut sudah mendapat pasar tetap, dan semuanya hampir ke semua daerah se-Indonesia.
“Alhamdulillah, kalau ditanya berapa keuntungan yang didapat, pokoknya cukup untuk menggaji karyawan dan kesejahteraan mereka, dan untuk masa depan anak-anak saya,” katanya. (Kumparan)