Model Terbaru High Heels Bertali Mirip Gladiator Tapi Lebih Feminin

Lace-up high heels ini ditawarkan dengan dua macam warna, beige dan hitam. Kedua warna tersebut merupakan alternatif yang bersifat netral agar bisa dipadupadankan dengan berbagai warna busana.

Model Sepatu Bisa Menunjukkan Kepribadian Anda

Kepribadian seseorang bisa diketahui dengan mencermati model sepatu yang dipakainya. Apa model sepati kesukaan Anda dan bagaimana kepribadian Anda ? Baca artikel ini untuk mengetahuinya.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pilihlah Sepatu Secara Benar Agar Nyaman Dipakai

Jangan terlalu terobsesi oleh model sepatu yang cantik dan stylish, tapi putuskan memilih sepatu berdasarkan pertimbangan kapan dan dimana model sepatu tersebut akan Anda pakai

Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Model Sepatu Bisa Menunjukkan Kepribadian Anda


Kepribadian seseorang bisa diketahui dengan mencermati model sepatu yang dipakainya. Mungkin penyuka sepatu fashion lebih sulit untuk diketahui karena mereka memiliki koleksi sepatu berbagai model yang dipakai bergantian sesuai dengan busana dan kesempatan. Tetapi paling sedikit tentu ada salah satu model yang paling disukai.

Keterkaitan antara model sepatu yang disukai dengan kepribadian, terutama stabilitas emosi seseorang ini merupakan hasil riset yang dilakukan para ilmuwan pada tahun 2012 di University of Kansas, AS

1. High Heels

Wanita yang suka memakai sepatu hak tinggi biasanya orang yang percaya diri atau bahkan terkesan sombong. Semakin tinggi jenis heels yang dipakai maka akan terkesan semakin sombong karena ia berani membuat tubuhnya semakin menjulang.

2. Wedges
Wedges erat kaitannya dengan perasaan tidak percaya diri karena biasanya wanita yang menyukaiwedges ingin terlihat lebih tinggi namun tidak nyaman jika harus memakai heels. Semakin rendah dan lebar jenis wedgesnya, semakin tidak percaya dirilah wanita tersebut.

3. Boots
Wanita yang biasa memakai boots biasanya memiliki kecenderungan peka terhadap tren dan ia ingin diakui oleh lingkungan sekitarnya terlihat dari pemakaian boots yang memakan waktu dan energi. Ia juga adalah kelompok wanita agresif yang suka mengambil inisiatif sendiri.

4. Flats
Sama seperti wanita yang suka memakai sneakers, jenis wanita yang suka memakai flat shoes juga cenderung mendambakan kenyamanan daripada tren terkini. Jenis wanita ini juga terkenal sederhana dan tidak neko-neko.

5. Sneakers
Penyuka sneakers ini biasanya lebih suka kenyamanan dan cenderung ceria serta ektrovert. Wanita yang suka memakai sneakers juga bisa jadi berani mengambil risiko karena sneakers termasuk sepatu yang netral dipakai untuk mengeksplor dan menjelajah banyak tempat.

6. Sandal jepit
Wanita yang suka memakai sendal jepit biasanya hanya ingin memberikan alas kaki karena ia tahu ia tidak bisa bepergian dengan kaki telanjang sehingga wanita ini cenderung lebih cuek terhadap tanggapan orang lain dan ekstrovert

Pilihlah Sepatu Secara Benar Agar Nyaman Dipakai


Memilih sepatu yang nyaman untuk dipakai adalah fokus Anda ketika Anda membeli sepatu baru,  karena Anda akan menemukan model dan style yang serba berbeda dibandingkan dengan saat Anda membelinya yang terakhir kali, entah enam bulan atau setahun yang lalu. Model pilihan yang hendak
Anda beli belum tentu akan senyaman sepatu yang sedang Anda pakai.

Misalnya saat  Anda memutuskan untuk membeli model stiletto, wedges atau flat, selalu pertimbangkan dimana dan kapan Anda akan memakai sepatu tersebut. Stiletto bisa mendukung penampilan penggunanya menjadi elegan, seksi dan cantik tapi selain bersiko tinggi juga membuat ujung jari kaki terasa sangat sakit saat memakainya.

Memakai sepatu model Wedges mungkin tidak sesakit seperti saat berjalan dengan menggunakan stiletto, tapi model ini kurang begitu populer dan jika desainnya terlalu simpel akan terkesan Anda sedang memakai ganjal kaki untuk menambah tinggi badan. Versi lain dari wedges adalah Prism dengan hak bagian belakang yang lebih kecil, model ini lebih stylish tapi juga lebih beresiko.

Pilihan terakhir adalah sepatu flat atau hak datar yang paling nyaman dan aman dipakai. Selain itu juga tanpa resiko, tetapi kurang fashioned. Style sepatu flat dengan ujung runcing atau pointed toe memiliki penampilan yang lebih cantik dan modis. Tak urung konstruksi itu membuat ujung jari kaki terasa kurang nyaman meskipun tak sesakit seperti saat Anda memakai Stiletto.

Jadi, masalahnya bukan pada model sepatu, melainkan dimana dan berapa lama Anda akan menggunakan model sepatu pilihan Anda itu ? Jika Anda bekerja di kantor mulai jam delapan pagi sampai jam 5 sore dan pekerjaan Anda mengharuskan Anda untuk berjalan kesana-kemari atau lebih banyak berdiri,  memilih stiletto adalah keputusan yang salah.

Anda bisa percaya diri karena bisa tampil lebih cantik dan seksi hanya sekitar dua atau tiga jam. Selebihnya Anda akan mulai menanggung rasa sakit pada ujung jari-jari kaki Anda yang menanggung beban seluruh tubuh. Anda tidak lagi bisa menebar senyum, melainkan sering meringis karena harus menahan rasa sakit.

Berbeda misalnya begitu masuk kantor, tugas Anda mengharuskan seharian duduk di belakang meja. Sesekali saat berjalan Anda akan selalu tampil prima, karena hanya seskali menahan rasa sakit. Setelah itu duduk kembali di belakang meja dan bisa melepaskan stiletto dari kaki Anda dan menormalisir otot-otot yang kaku menjadi relaks kembali.

Industri sepatu fashion memang menyediakan beragam model sepatu high heels yang sangat menawan saat dipajang di etalase atau ditayangkan oleh toko online. Tetapi tidak berarti sepatu tersebut bisa dipakai secara nyaman oleh semua wanita. Bukan masalah kaki Anda yang tidak sesuai, misalnya karena ujung jari kaki Anda cenderung lebar dan berbentuk persegi empat.

Putuskan memilih sepatu berdasarkan pertimbangan kapan dan dimana model sepatu tersebut akan Anda pakai. Jangan terlalu terobsesi oleh model sepatu yang cantik dan stylish, karena tahun depan model tersebut sudah akan out off date alias ketinggalan jaman. Sementara kaki Anda masih akan
Anda gunakan untuk seumur hidup.

Dari flat, low heels, mid heels hingga high heels semuanya cocok untuk Anda dan semua model tersebut akan mendukung penampilan yang Anda inginkan, asalkan Anda bisa menyesuaikan dengan kesempatan yang tepat untuk menggunakannya.

(Penulis : Nora Ratupelisa)

Sentra Sepatu Gang Dolly Kini


Setelah ditutup, wajah gang Dolly yang dulu gemerlap dan riuh menjadi tak ubahnya kota mati. Banyak wisma-wisma yang dibiarkan terbengkalai karena ditinggal penghuninya. Hingga akhirnya datanglah para relawan yang membuat Dolly kembali hidup. Bukan, bukan untuk dijadikan tempat bisnis esek-esek lagi, melainkan diberdayakan melalui kegiatan ekonomi kreatif.

Tahun 2016 merupakan tahun kebangkitan bagi warga di kawasan Dolly. Pemberdayaan masyarakat gencar dilakukan melalui beragam pelatihan, dengan target pertumbuhan usaha kecil menengah. Di sini, penjahit bahan sepatu untuk industri dilatih memroduksi sepatu sendiri. Salah satunya, produksi sepatu di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya.

KUB Mampu Jaya menempati eks wisma Barbara, wisma yang kabarnya terbesar ketika lokalisasi Dolly masih jaya. Tak lama berselang setelah Dolly ditutup, sebanyak 30 orang yang terkena imbas penutupan lokalisasi ini diberi pelatihan tentang produksi sepatu dan sandal. Dari pelatihan tersebut
kemudian lahirlah Kelompok Usaha Bersama Mampu Jaya dengan pekerja yang berasal dari pelatihan dan saling berbagi tugas dalam rangkaian proses produksi.

Hasil produksi KUB Mampu Jaya tak cuma dipasarkan di wilayah Surabaya saja, namun mulai merambah ke luar pulau Jawa. Bahkan di tahun 2016 lalu, KUB Mampu Jaya dipercaya untuk mengadakan souvenir berupa sepatu edisi khusus dalam even UN Habitat III.

Selain produksi alas kaki, ada juga industri pembuatan batik, sablon, dan makanan kecil di kawasan ini. Dengan lahirnya berbagai industri kreatif tersebut, diharapkan dapat mengubah stigma negatif gang Dolly yang dulu identik sebagai lokalisasi menjadi kawasan pusat industri.

Saat itu, setidaknya ada 30 perajin sepatu, yang mengerjakan pesanan sepatu dan sandal kulit dari beberapa SKPD Kota Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, perajin semakin berkurang. Penyebabnya, harga jual yang masih rendah, yang membuat pendapatan KUB belum mencapai Rp 1 juta perorang dalam sebulan.

Atik Triningsih (34), sebagai Ketua KUB mengungkapkan, setiap bulan mereka harus menyelesaikan 2.000 pesanan sandal dari lima hotel. “Saat ini, banyak warga yang tidak mau lagi menjahit sepatu, maka kami dibantu tenaga dari Disperindag dan beberapa warga,” ujarnya, Rabu (24/5/2017).

Selain Atik, ada tiga perajin yang masih bertahan di KUB ini yaitu, Yuni Tri Wijayati (40), Ida Ariani (48) dan Safrinah (42). Produksi sepatu dan sandal, merek PJ Collection ini, digarap di bangunan enam lantai, yang dulu terkenal sebagai 'Wisma Barbara', Jl Kupang Gunung I atau Gang Dolly.
(Source: http://surabaya.tribunnews. com, http://www.meriskaputri.com)

Industri Sepatu Kulit Magetan Bertahan Di Pasar Bebas



Sentra industri Kulit Magetan berada di jalur perjalanan menuju obyek wisata Telaga Sarangan, dipusatkan di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, kurang lebih 1 Km arah barat dari alun-alun. Di sentra industri kulit ini diproduksi sepatu, tas, jaket, sabut, aneka souvenir seperti gantungan kunci serta
pernak-pernik berbahan baku kulit.

 “Sebenarnya MEA bagi kami bukan suatu hambatan, tapi merupakan tantangan yang dihadapi agar produk kami lebih baik lagi,” kata Eko Patrianto, pemilik rumah industri (home industry) kulit di Jalan Sawo. Untuk menghadapi MEA, para perajin telah mempersiapkan beberapa strategi. Salah
satunya dengan tetap melayani pesanan pembeli atau konsumen sepatu meskipun hanya satu pasang.

“Ini kebijakan umum, bukan hanya saya. Di Magetan ini, khususnya kerajinan kulit, memang paling nyentrik dibading kota lain. Produknya tidakmassal, tetapi ditekankan pada ritel/eceran. Orang pesan satu pasang pun dengan model bagaimana pun akan dilayani,” kata suami Teta Pudji Rahayu.

Tim UMKM sudah melakukan survey ke beberapa kota besar yang sedikit banyak telah terdampak MEA. Produknya kami bawa pulang sebagaiperbandingan dengan produk asli Magetan. Kalau produk dari luar lebih bagus, kita diskusikan dengan perajin untuk membuat yang lebih bagus. 

Para perajin  sudah bekerjasama dengan Balai Pengembangan Persepatuan Indonesia Sidoarjo, di antaranya untuk mengatasi kalau ada masalah persaingan produk. “Ini lho Magetan, semakin banyak krisis, semakin bagus, itu merupakan tantangan. Semakin ada persaingan, semakin bersemangat untuk bisa lebih baik lagi,” katanya.

Tim UMKM Magetan telah survey di berbagai pameran. Rumah industri di Magetan berbeda dengan daerah lain. Jika daerah lain memberlakukan penjualan langsung, di Magetan lebih banyak melayani pesanan. “Tumpukan barang di bagian produksi tadi, semua merupakan pesanan, 90 persen milik
pemesan. Dari 60 pasang, yang 50 pasang milik pemesan dan itu sudah menjadi uang,” katanya.

Kalau daerah lain punya tim marketing, kami mempromosikan lewat brosur dan katalog yang kami titipkan pada biro-biro perjalanan. Karena itu daerah pemasarannya tidak bisa disebut di mana, karena pembeli yang datang. Mereka tahu dari biro-biro perjalanan, dari media online maupun yang
melihat langsung.

Kendala SDM

Di Magetan terdapat 39 gerai perajin kulit, namun yang memproduksi hanya sekitar 14 rumah industri. Konsumen tidak tahu apakah produknya asli buatan Magetan karena yang dijual 80 persen produk dari luar daerah. Dalam satu minggu ada sekita 4-5 sales yang masuk Magetan. Mereka berasal dari Bogor, Sidoarjo, dan Mojokerto. “Di sini semua produk ada, anggap saja ini MEA kecil-kecilan,” selorohnya.

“Kalau diberi label made in Magetan, para pedagang dari luar Magetan juga pintar, dia akan meniru juga. Kalau begini terus bagaimana mau go international. Kita ini dari dulu hingga sekarang hanya berkutat pada sumber daya manusianya, kita selalu uber-uberan dengan tengkulak,” katanya.

Para perajin juga sudah minta pada pemerintah kabupaten untuk disediakan balai latihan kerja (BLK) guna membina para pekerja agar lebih mendalami ilmu persepatuan dan manajemennya. Agar sentra kulit di Magetan bisa diandalkan, diperlukan SDM yang ahli juga.

Perajin yakin Magetan lebih unggul dari Mojokerto maupun Sidoarjo. Magetan memiliki Lingkungan Industri Kulit (LIK) yang terletak di Kelurahan Ringin Agung. LIK merupakan industri penyamakan kulit dengan proses nabati maupun kimiawi. Untuk sumber daya manusia yang siap pakai, diakui
sulit dicari. Sebelum mempekerjakan, pengusaha harus melatihnya terlebih dahulu. Padahal pelatihan perlu waktu dua tahun untuk benar-benar bisa memahami persepatuan.

Di Magetan bahan baku sangat melimpah, tapi hanya terserap 4 persen. Untuk itu diperlukan UMKM yang lebih banyak lagi dan bisa menampung tenaga kerja yang lebih banyak. Magetan sangat membutuhkan sebuah BLK. “Kalau pemkab mengadakan pelatihan banyak yang berebut ikut,” ujarnya.

Selama kurun waktu lima belas tahun terakhir, telah terjadi dua kali krisis keuangan yang menyebabkan perlambatan proses pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu krisis moneter tahun 1997-1998 dan krisis keuangan global tahun 2008, yang ditandai oleh penurunan harga aset dan kegagalan perusahaan.

Pada krisis 1997, sentra kulit Magetan tidak mengalami kendala apapun. Katakanlah harga-harga produk  naik untuk pabrikan, seperti lem, dan bahan baku kulit, sehingga akan menaikkan harga. “Namun kita tahan dulu, yang penting pesanan tidak turun. Pesanan dari agen-agen maupun eceran tetap berlimpah. Tiap hari kita mengirim pesanan ke kota-kota lain,” kata Eko.

Jadi perlambatan ekonomi tersebut tidak berpengaruh pada UMKM Magetan, namun bagi produk pabrikan sangat mempengaruhi. Karena yang naik adalah barang-barang import, seperti lem, sol, maupun lining, namun untuk harga bahan baku seperti kulit mengalami penurunan. Saat terjadi
perlambatan ekonomi 1997, UMKM Magetan malah kewalahan melayani pesanan. Memang, saat terjadi perlambatan ekonomi otomatis daya beli masyarakat menurun. Namun alas kaki atau sepatu merupakan kebutuhan pokok.

Kabupaten Magetan juga memiliki berbagai produk unggulan lain, di antaranya anyaman, batik sido mukti dan makanan olahan. “Kami telah melakukan pendampingan untuk sumber daya manusia,” kata Kabag Humas, Saif Muclisun. Dikatakannya, pembinaan untuk mengembangkan usaha kecil industri di Magetan itu sudah masuk dalam program prioritas pembangunan yakni Pendidikan, Pertanian, Pariwisata, Industri, Perdagangan, dan Kesehatan Plus Infrastruktur dan Pengentasan Kemiskinan.

Selain itu, hasil produknya  dikirim pada pameran-pameran, SDMnya diikutsertakan diklat, memberi penyuluhan, memberikan fasiltas alat-alat baru. Juga selalu hadir dalam pameran. (Source: http://jatimprov.go. id/read/umkm/industri-kulit-magetan-bertahan)

Mengenal Sepatu Model Chunky Heels


Chunky Heels Style makin banyak dijumpai di pasar sepatu wanita, hal ini menandakan bahwa kehadiran Chunky Heels dengan penampilan lebih elegan mendapat sambutan positif konsumen. Awalnya, Chunky yang berarti tebal memang benar-benar menjadi istilah untuk rancangan tumit berbentuk tebal dan besar. Bahkan secara visual lebih mengesankan sebagai sepotong kayu segi empat yang dipasang pada tumit sepatu wanita agar bisa lebih tinggi sehingga pantas disebut high heels.

Penampilan Chunky heels yang jauh dari elegan itu membuatnya sering terpuruk jika harus berkompetisi dengan sepatu wanita berbasis model Stiletto dan Cone heels.  Tetapi setelah Chunky Heels tenggelam di awal tahun1980-an, kini mulai bangkit dengan penampilan baru dan ternyata mendapat perhatian dari kalangan konsumen. Meskipun style tersebut tidak secara total menjadi trend atau menggeser pasar yang telah selama bertahun-tahun didominasi oleh kompetitornya, pelahan-lahan Chunky Heels menjadi style yang mulai menarik simpati kaum wanita.

Kapan Chungky Heels Style atau gaya tumit tebal ini hadir, dan bagaimana penampilan awalnya saat masuk ke dunia fashion ? Berikut sejarah dan perkembangan Chunky heels seperti diuraikan dalam situs tips-sepatu-wanita.com

Sejak kaki manusia yang pertama tertusuk duri atau kerikil tajam, di saat itu manusia merasa membutuhkan alas kaki dan mulai berusaha untuk membuatnya dengan cara yang sangat sederhana. Tentu saja, hasilnya juga sangat sederhana, yaitu berbentuk sandal. Sebagian ada yang berbentuk setengah sepatu, sebagian lagi memang mirip sepatu karena memang tujuannya membuat sepatu, tapi hasilnya lebih mirip sandal.

Maklum, teknologinya masih belum ada dan bahannya pun masih serba terbatas. Karena itu pula selama berabad-abad alas kaki yang mendominasi manusia terbatas hanya pada sepatu flat atau hak datar. Baru setelah memasuki abad 15, para ahli sejarah memperkirakan hadirnya sepatu hak tinggi atau high heels. Hal itupun belum jelas benar, apakah definisi high heels dipahami secara benar atau yang dimaksud adalah sepatu berplatform tinggi.

Di abad ke 20 Chunky heels menjadi style yang populer di tahun 1970-an dipakai oleh para selebriti di dunia musik. Para bintang terkenal di saat itu, seperti David Bowie dan anggota The Jackson 5, group bersaudara Michael Jackson sering melakukan show dengan memakai Chunky heels. Model ini pun segera merebak dan menjadi trend di kalangan pria maupun wanita.

Popularitas Chunky heels mulai menurun menjelang dimasukinya tahun 1980. Hadirnya beragam model hig heels dengan style baru yang sempat tenggelam mulai bangkit kembali dan bergiliran menjadi trend di dunia fashion. Meskipun demikian, Model Chunky masih tetap bertahan dan bisa dijumpai di berbagai pasar sepatu tetapi dengan ukuran tumit lebih rendah dan kebanyakan tanpa platform.

Dua tahun terakhir ini, Chunky heels nampak mulai hadir kembali dengan style yang berbeda dan tidak lagi terkesan sekedar sepatu yang diganjal dengan potongan kayu di bagian tumit. Selain lebih elegan, Chunky heels di era 2015 tidak lagi menjadi sepatu yang didisain untuk pria, tetapi lebih khusus ditujukan untuk segmentasi wanita dan nampaknya pula berpeluang menjadi trend dalam dua tahun mendatang.

Jika didasarkan pada berbagai hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa high heels hadir di abad 15, tanpa disertai penjelasan secara rinci tentang model sepatu tersebut. Maka untuk menentukan kapan kehadiran Chunky Heels boleh dikatakan lebih akurat, karena “terdokumentasi” dalam lukisan-lukisan Hyacinthe Rigaud, (18 July 1659 - 29 December 1743) pelukis kerajaan yang karya-karyanya masih terpelihara dengan baik di berbagai museum.


Setidaknya ada dua karya Rigaud terpenting sebagai bahan akurat untuk menelusuri sejarah Chunky Heels Style. Pertama adalah lukisannya tentang perkawinan Louis XIV dengan Maria Theresa. Lukisan kedua saat Louis XIV menjadi raja dan dijuluki sebagai King of France and Navarre, yang dibuatnya pada tahun 1701 dan diakui sebagai salah satu karya terbaik Hyacinthe Rigaud.

Dalam kedua lukisan yang kaya dengan detail dan dibuat dalam waktu berbeda tersebut dapat terlihat dengan jelas model sepatu yang sedang trend di kalangan kerajaan pada saat itu. Baik sepatu yang digunakan para undangan dalam lukisan pertama dan sepatu yang dipakai oleh Louis XIV memiliki heels atau hak tebal berwarna merah dengan ukuran yang sama besar antara heels seat dengan top heel. Bentuk tersebut adalah tipikal model Chunky dalam kategori mid heels.

Detail yang “terdokumentasi” dalam kedua lukisan Rigaud adalah fakta sejarah yang paling akurat untuk menyimpulkan kapan sejarah Chunky Style ini dimulai. Mungkin saja jauh sebelum kelahiran Louis XIV model Chunky sudah dikenal, tetapi tanpa dukungan dokumentasi yang akurat akan menjadi spekulasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Dari kehadirannya sejak tahun 1650-an (sejak kelahiran Louis XIV) sampai tahun 2015, model Chunky terhitung sudah berusia sekitar 365 tahun. Dalam kurun waktu tersebut model ini pernah menjadi status simbol kalangan kerajaan dan bangsawan Perancis. Di tahun 1970-an kembali menjadi trend di dunia fashion sebagai sepatu pria dan wanita, lalu surut kembali. Kini di tahun 2015 Chunky Heels Style dengan kreasi yang inovatif nampaknya lebih agresif memasuki pasar fashion dibanding beberapa tahun sebelumnya.